Hai.. Apa kabar? Aku harap kalian baik-baik saja baik fisik maupun mental :) Kalian orang yang hebat yang Tuhan hadirkan di dunia yang keras ini :)
Ketika menulis tulisan ini aku sedang sensitif dengan satu pembahasan yang mungkin sedikit tabu di lingkungan kita. LGBT. Aku bukan salah satu pendukung ataupun orang yang membenarkan jalan yang mereka pilih atau lebih tepatnya seksualitas yang mereka pilih untuk hidup mereka. Aku tidak bisa mengatakan jika tulisanku ini sebagai rasa kemanusiaan yang aku miliki, tapi ini yang aku tulis nanti semoga bisa membuat kalian paham apa yang aku katakan karena aku sendiri tidak bisa mengatakan bagaimana lebih tepatnya.
Rasa sensitif yang aku rasakan hari ini berawal dari aku yang sedang men-scroll video di salah satu aplikasi yang mungkin sudah tidak asing bagi kehidupan kita. Dan tanpa sengaja aku melihat salah satu konten yang membuatku tiba-tiba meneteskan air mataku tanpa sadar (kalian boleh kok mengatakan aku lebay,hihi).
Konten itu menunjukkan salah satu video seorang laki-laki tengah sujud menangis,yang membuatku benar-benar merasa sensitif adalah ketika aku membaca tulisan yang terdapat dalam video tersebut. Laki-laki itu menuliskan dalam videonya jika ia ingin kembali menjadi laki-laki yang memiliki seksualitas yang normal dan berhenti untuk mencintai sesamanya.
Kalimat yang menurutku benar-benar menyentuh adalah dia menulis dalam videonya, "Pernah nggak ngerasain sakitnya NANGIS dari Ushallii sampai Assalamu'alaikum? Cuma minta do'a yang sama setiap harinya." Jika kalian pernah merasakannya mungkin kalimat itu bisa membawa kalian ke dalam memori apa yang membuat kalian menangis dan mengadu, memohon kepada Sang Pencipta cuma meminta satu harapan yang bisa membawa perubahan dalam hidup kita. Dan aku menangis karena aku seringkali berada dalam situasi tersebut, menangis diam-diam saat shalat dan enggan beranjak saat sujud.
Dan bukan hanya itu saja, jari-jariku membawa aku meng-klik kolom komentar, aku melihat banyak sekali komentar yang menurutku negatif sampai aku berpikir, bagaimana bisa mereka mengetik kata-kata sejahat itu? Kenapa mereka mudah sekali untuk berpuruk sangka kepada orang lain? Ada satu komentar yang laki-laki itu up yang isinya, "Minta do'a kok di sosmed. Kalo mau tobat mah ya tobat aja." dengan bijak laki-laki itu membalas jika dia tidak tahu do'a mana yang akan dijabah oleh Tuhan kenapa dia upload video tersebut karena mungkin saja do'a dari salah satu penontonnya yang akan dijabah oleh Tuhan. Aku tidak bisa mengatakan jika komentar itu salah, tapi bukankah alangkah baiknya jika kita menggunakan pesan pribadi (dm) jika ingin memberi sebuah teguran? Kurasa laki-laki itu akan membacanya.
Aku tahu bahwa LGBT adalah sesuatu yang tidak bisa dibenarkan, bahkan banyak orang yang terang-terangan menentang LGBT. Lagi-lagi bukannya aku ingin berada dipihak mereka (para LGBT), tapi biarkan aku menulis ini dari sudut pandangku sendiri jika memang salah dan kalian tidak menyukainya, aku harap kalian bisa lebih bijak jika ingin memberi sebuah kritikan atau komentar.
Apakah seorang yang memiliki kelainan seksual atau menyukai sesama jenis (LGBT) adalah hal yang mereka inginkan? Bagaimana jika dibalik pilihan itu ada sesuatu yang menjadi latar belakang mereka memilih untuk mencintai seseorang yang sejenis dengannya?
Trauma. Aku rasa trauma juga adalah salah satu faktor yang besar yang melatarbelakangi seseorang melakukan hal itu. Aku pernah melihat sebuah konten di YouTube, seseorang menceritakan alasan dia menjadi seorang LGBT. Yah, itu berawal dari sebuah trauma di masa lalunya yang membuat dia tidak percaya dengan lawan jenisnya, dia selalu merasakan takut jika dia menjalin sebuah hubungan dengan lawan jenis. Aku kira menjadi seorang LGBT bukan keinginannya tapi trauma itu yang selalu membayanginya hingga dia memilih jalan tersebut.
Selain trauma mungkin bisa juga karena lingkungan mereka sangat mendukung hal tersebut. Yahh, sekali lagi ini juga menyangkut tentang luka dimasa lalu. Kita tidak pernah tahu bagaimana seseorang di besarkan, di didik dengan cara yang seperti apa serta lingkungan sekitarnya bagaimana pun kita tidak pernah tahukan? Aku pernah mendengarkan jika mereka yang memiliki seksualitas yang menyimpang tentu saja ia memiliki luka dari orang-orang terdekatnya bahkan pernah menjadi korban kekerasan hingga menyebabkan ketakutan besar.
Ada salah satu cerita yang menarik perhatianku ketika aku menulis ini sudah lama aku mendengar cerita ini dari seseorang yang tak akan kusebut namanya tentu saja. Seseorang itu pernah menceritakan alasan mengapa dia memilih seksualitas yang menyimpang. Dia berceria jika di dalam hidupnya dia tidak pernah mendapatkan peran baik dari seorang perempuan salah satunya adalah ibunya. Ibunya pernah mengatakan jika melahirkan dirinya adalah sebuah kesalahan terbesar bahkan lingkungan di sekitarnya juga selalu memandang aneh dirinya. Lingkungannya menganggap apa yang ia kenakan tidak seperti laki-laki pada biasanya. Laki-laki kok masak? Laki-laki kok dandan? Laki-laki kok suka warna pink? Laki-laki kok nongkrongnya sama cewek? Banyak kata pedas yang terlontar dari orang-orang di sekitarnya yang membuat dia merasa down. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk merantau dan akhirnya dia hidup di lingkungan yang mendukungnya, apa yang dia lakukan selalu mendapatkan pujian hingga akhirnya yah dia memiliki perasaan dengan sesama jenisnyan dan kisah cinta yang salah itu dimulai.
Sekali lagi aku tidak membenarkan apa yang mereka pilih, tidak. Tapi kurasa meninggalkan komentar jahat disetiap postingan mereka yang memang memilih jalan tersebut bukankah tidak ada gunanya? Untuk apa kita meninggalkan kata-kata buruk? Bukankah alangkah baiknya jika kita meninggalkan kata-kata positif berharap agar Tuhan segera memberikan dia ke jalan yang lebih baik? Ataupun jika kita memang benar-benar tidak menyukai hal-hal yang berbau LGBT kita bisa pilih bub apa saja yang berkaitan dengan hal itu. Simple. Tidak harus meninggalkan kata-kata jahat. Bahkan tidak jarang ada yang meninggalkan kata-kata seperti ini, "Nggak seru jika mentalnya belum kena". Wahh, mudah banget emang mengetik kata-kata tidak bertanggungjawab seperti itu, mereka menganggap kata-kata itu sebagai bahan bercandaan yang lucu.
Aku tahu jika di media sosial kita nggak bisa ngatur orang sesuai yang kita inginkan. Tapi bukankah lebih baik jika kita tidak menyukai postingan orang tidak meninggalkan kata-kata yang jahat? Ada fitur mute jika merasa terganggu dengan postingannya bahkan tersedia juga fitur block yang bisa kita pilih jika kita merasa tidak nyaman dengan orang tersebut. Kenapa harus susah-susah meninggalkan komentar pedas? Kenapa harus susah-susah mengajak orang lain juga untuk membenci dan meninggalkan kata-kata jahat?
Dan mental seseorang itu bukan bahan bercandaan yaa.. Setiap orang sudah punya kekuatan yang berbeda ketika dihadapkan dengan masalah, jangan menambah pikirannya dengan meningkatkan kata-kata kasar hanya untuk membuat hati kita merasa puas. Mulai sekarang kita coba yaa, untuk menahan diri jika kita ingin meninggalkan kata-kata jahat di postingan orang lain. Ingat jika kita tidak menyukainya cara yang tepat adalah membisukan postingannya, berhenti mengikuti postingannya bahkan kita bisa memblokirnya. Selesai.
[ Jangan sampai karena perkataan atau kata-kata yang kita tinggalkan kepada seseorang menjadi alasan seseorang tersebut untuk masuk ke dalam jurang yang menghancurkan hidupnya. Aku harap kita bukan orang yang menjadi alasan seseorang berhenti untuk berkarya atau menjadi alasan bagi seseorang untuk mengakhiri hidupnya. Jika memang kita tidak bisa berkata yang baik, diam adalah pilihan yang tepat. Jika kita tidak bisa membantunya karena tidak menyukainya, lebih baik mengabaikan postingannya dibanding harus meninggalkan komentar yang semakin membuatnya terpuruk. Yah, jadi orang yang bijak dalam bersosial media bukan sesuatu yang sulit kok :)) Salam hangat dari aku untuk kamu yang sudah membaca tulisan ini :)) ]
Komentar
Posting Komentar